blog-indonesia.com

Green The Planet

Wednesday 30 March 2011

This Video dedicated to Everyone who love in peace and happy to make a better world



Video Ini Ditujukan Buat supporter "Greenpeace" di seluruh Dunia

Salam
Gunjhie`land

Selalu Ada Bahaya Di PLTN

"Mereka yang bergantung pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sama dengan duduk di atas bom waktu"

Guncangan gempa 9 skala richter (update bmkg Jepang) dan tsunami telah meluluhlantakkan Jepang bagian utara empat hari yang lalu, tapi bencana yang lebih mengiris yaitu bencana radiasi nuklir yang akan dihadapi masyarakat Jepang.

Kami sangat prihatin atas keselamatan para pekerja dan masyarakat di sekitar PLTN. Saat gempa terjadi 20 reaktor dari 4 PLTN di Jepang secara otomatis mati. Tapi matinya PLTN bukan berarti aman tetapi saat itulah terjadi krisis tekanan di dalam reaktor.

Video dari reuters





Laporan terbaru menyatakan bahwa ada masalah baru di proses pendinginan pada paling tidak dua unit reaktor, Unit 1 dan Unit 2 PLTN Fukushima I-Daiichi, keduanya tampaknya mengalami pelelehan batang bahan bakar (fuel rods), menyebabkan pelepasan radiasi yang sudah bisa terdeteksi di luar. Unit 3 menggunakan bahan bakar MOX yang berisi plutonium oxide yang akan melepaskan lebih banyak panas bahkan setelah reaktor ditutup. Dalam situasi dimana pelelehan atau kerusakan pada bahan bakar, lebih banyak gas akan terlepas. Semuanya ini sangat mengkhawatirkan, sekaligus mengabarkan pada kita bahwa krisis ini masih jauh dari selesai.

Minimnya transparansi serta pembeberan fakta kepada publik mengenai jumlah total radiasi yang sudah terlepas, keadaan sebenarnya dari pendingin di semua reaktor, serta mengenai apakah kolam penyimpanan bahan bakar bekas masih aman –kolam itu berisikan sejumlah besar radiasi dan berlokasi di luar pembatas, kerusakan terhadapnya akan menyebabkan kontaminasi langsung terlontar ke atmosfer, menimbulkan pertanyaan besar bagi publik. Kami meminta Pemerintah Jepang membagi informasi ini kepada publik secepatnya.

Reaktor nuklir adalah sumber tenaga listrik yang kotor dan berbahaya, dan akan selalu rentan terhadap ancaman yang berasal dari faktor kesalahan manusia, kesalahan rancang bangun, dan bencana alam. Greenpeace mendesak semua pihak untuk menutup reaktor yang sudah ada di seluruh dunia, serta tidak lagi mengizinkan pembangunan reaktor nuklir komersil. Sebaliknya, pemerintah harus berinvestasi dalam mengembangkan sumber energi terbarukan yang tidak hanya bagus secara lingkungan tetapi juga murah dan bisa diandalkan.

Belajar dari apa yang terjadi dengan PLTN-PLTN di Jepang menyusul gempa baru-baru ini, sangat mendesak bagi pemerintah Indonesia untuk segera menghentikan rencana pembangunan PLTN di manapun di Indonesia. Paksaan dari beberapa pihak untuk membangun PLTN di Indonesia dan membawa jutaan rakyat Indonesia pada resiko bahaya secara jangka panjang sama sekali tidak memiliki landasan sains dan moral yang memadai.

Greenpeace Menyerukan Peningkatan Rencana Perlindungan Radiasi dan Evakuasi Menyeluruh

Krisis nuklir Jepang sudah memasuki minggu kedua dan tingkat pencemaran radiasi terus naik, lembaga lingkungan internasional Greenpeace, bersama kelompok masyarakat Jepang - Citizens Nuclear Information Center (CNIC), meminta peningkatan rencana evakuasi dan jarak aman bagi masyarakat sejauh 30km sebagai daerah pengecualian bagi wanita hamil dan anak-anak yang sudah pasti akan terkontaminasi di area tersebut. (1)

“Akibat krisis Fukushima yang berlanjut, kini pemerintah Jepang tidak bisa melindungi kesehatan masyarakat secara penuh. Meskipun awalnya hanya menjamin akan ada risiko kecil pada masyarakat dan sekarang yang kita lihat perluasan evakuasi dan peningkatan pencemaran radiasi dalam rantai makanan. Pemerintah Jepang tampaknya berada satu langkah di belakang situasi, dan ini harus diubah atas nama perlindungan publik. Sekarang adalah waktunya untuk mengungkapkan rencana darurat sehingga orang-orang dapat dilindungi secara baik,” ujar Nur Hidayati, Perwakilan Indonesia, Greenpeace Asia Tenggara.

Kita juga membutuhkan jawaban cepat atas pertanyaan-pertanyaan:

- Pemerintah telah melaporkan pemantauan informasi bahwa kandungan radiasi di luar telah dihitung di tempat yang berbeda-beda. Bagaimana punmasyarakat telah beresiko terpapar radiasi internal melalui partikel yang masuk saat bernafas dan makan. Apakah pemerintah memiliki informasi jumlah kandungan radiasi di masyarakat? Lebih jauh, apakah pemerintah sudah memiliki data-data pemantauan pencemaran udara?

- Apa sebenarnya status reaktor nomor 3 dan berapa banyak gas yang telah dihabiskan di nomor 4 dimana dilaporkan JAIF bahwa ledakan hidrogentelah diperbaharui keduanya pada 18 Maret 1600 dan 2000 JST?

- Seberapa banyak radiasi yang sudah dilepas ke laut? Apakah pemerintah sudah memantau pencemaran terhadap ikan dan kehidupan laut lainnya?

“Bencana yang kini berlangsung, sekali lagi mengungkapkan kemustahilan menjaga keselamatan masyarakat saat bencana nuklir terjadi,” lanjut Nur Hidayati. Tidak hanya keinginan yang kurang dari pemerintah Jepang, tetapi tanggapan internasional masih jauh dari menyeluruh dan memadai dengan banyaknya badan nuklir nasional yang menawarkan saran yang berbeda-beda.”

“Kita telah melihat beberapa industri nuklir yang menganggap bencana ini sebagai keganjilan, seperti mereka ciptakan Chernobyl dan Three Mile Island dan beragumentasi bahwa kita butuh kekuatan nuklir untuk melawan perubahan iklim. Ini adalah khayalan berbahaya; itu seharusnya sudah jelas menjadi keprihatinan bahwa teknologi ini sangat berbahaya untuk jadi bagian dari rencana energy masa depan. Ancaman yang selalu ada dari bencana nuklir dan kenyataan yang muncul atas perubahan iklim, seluruh dunia harus mendorong pemanfaatkan potensi penuh dari sistem energi terbarukan yang aman, "Nur Hidayati menyimpulkan.


Untuk Informasi selanjutnya:


Nur Hidayati, Perwakilan Indonesia, Greenpeace Asia Tenggara, +628

Zamzami, Jurukampanye Greenpeace Asia Tenggara : +628117503918

Batalkan Rencana Pembangunan PLTN di Asia Tenggara

Pada hari Rabu yang lalu Gerakan Anti PLTN di Indonesia mengirimkan surat terbuka kepada tiga kepala negara di Asia Tenggara, yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Filipina Benigno Aquino dan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva. Ketiga Negara di Asia Tenggara ini berencana membangun PLTN di negara masing-masing, walaupun wilayah Asia Tenggara berada di lempeng bumi yang selalu bergerak, dan berada di wilayah cincin gunung api (Ring of Fire).

Kami sangat berduka cita atas apa yang dialami masyarakat di Jepang akibat gemap dan tsunami, dan sekaligus prihatin bahwa dampak gempa dan tsunami tersebut membawa masyarakat Jepang kepada resiko bahaya yang lain, yaitu radiasi nuklir. Dampak gempa dan tsunami yang membuat sistem pendingin beberapa reaktor di PLTN Fukushima Daiichi tidak berfungsi dan mengakibatkan beberapa ledakan yang juga mengeluarkan radiasi yang diketahui melebihi ambang batas.

Pemerintah dan rakyat Jepang sedang berada di hari-hari yang berat. Pemulihan trauma masyarakat dari pasca gempa dan tsunami belum dapat terselesaikan, dan ditambah dengan ancaman radiasi yang dapat merusak kehidupan masyarakat Jepang di beberapa hari yang akan datang.

Berkaca dari Jepang, Gerakan Anti-PLTN sangat prihatin dengan keselamatan bangsa Indonesia jika pemerintah masih berkeras membangun PLTN di Indonesia. Indonesia dengan berbagai sumber daya energi terbarukan yang berlimpah seperti matahari, angin dan panas bumi seharusnya berkonsentrasi untuk mengembangkan jenis-jenis energi tersebut yang relatif lebih aman dan bisa mensejahterakan masyarakat Indonesia.

###

16 Maret 2011

SURAT TERBUKA

GERAKAN ANTI PLTN UNTUK PARA KEPALA NEGARA DI ASIA TENGGARA

Kepada Yang Terhormat,

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

Presiden Filipina Benigno Aquino

Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva

Tuan Presiden Yang Terhormat,

Krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Jepang setelah terjadinya gempa bumi, tsunami dan krisis nuklir, walaupun sangat disesalkan, merupakan peringatan penting bagi Bapak dan pemerintahan Bapak untuk menghentikan rencana pengembangan energi nuklir di negara kita.

Dari apa yang telah terjadi di Jepang, semakin hari semakin jelas bahwa asumsi yang menyatakan teknologi modern bisa menjamin keselamatan, keamanan dan kesejahteraan masyarakat, kini tidak dapat dijustifikasi lagi.

Meskipun begitu banyak yang memuji standar keselamatan, kedisiplinan sosial dan kesiap-siagaan bencana, “kecanggihan” dan “teknologi maju” sebuah negara seperti Jepang masih saja kewalahan menghentikan apa yang sekarang telah dapat disebut sebagai bencana nuklir. Bagaimana masyarakat bisa yakin bahwa apa yang akan diterapkan di Indonesia akan lebih baik atau setidaknya pada tingkatan penanggulangan yang sama?

Dengan berbagai pengetahuan menganai bencana nuklir dan pengetahun tentang semua resiko tinggi, termasuk biaya yang sangat mahal, pemerintah Bapak kami harap dapat menjawab dengan jelas sebuah pertanyaan: apakah rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir yang selama ini secara massif disosialisasikan oleh Batan, Bappeten, dan Kementerian Riset dan Teknologi adalah benar-benar untuk kepentingan masyarakat kita?

Bahkan seharusnya Bapak dan pemerintahan Bapak bisa menjawab pertanyaan yang lebih mendasar lagi: Apakah PLTN adalah sesuatu yang esensial bagi masyarakat kita, yang tanpanya kita tidak dapat hidup? Bukankah kita dapat memenui kebutuhan listrik kita dari sumber-sumber yang lebih aman dan lebih dapat diandalkan?

Saat ini negara kita belum terlanjur menggantungkan sumber listriknya dari teknologi nuklir (tidak seperti Jepang), sehingga ada peluang sangat besar bagi kita untuk bisa memperbaiki kesalahan perencanaan listrik di masa lalu yang ingin menggantungkan pada nuklir.

Reaktor nuklir adalah sumber tenaga listrik yang kotor dan berbahaya, dan akan selalu berpotensi menimbulkan dampak yang fatal akibat kombinasi kekhilafan manusia, kesalahan dalam rancang bangun, serta bencana alam.

Kami meminta kepada Bapak untuk segera mengumumkan penghentian rencana pembangunan reaktor PLTN baru, dan mengalihkan investasi yang ada kepada pengembangan sumber-sumber energi terbarukan yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga terjangkau secara finansial dan dapat diandlakan untuk jangka panjang.


Jakarta, 16 Maret 2011

Didukung dan dikirim oleh,

1. Greenpeace Southeast Asia-Indonesia

2. Walhi Eksekutif Nasional

3. Jatam Kalimantan Timur

4. Walhi Bangka Belitung

5. Fabby Tumiwa, Institute for Essential Sevice Reform (IESR-Indonesia)

6. Abdul Halim, Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (Kiara)

7. Sardi Winata (Muria Institute)

8. M. Aan Anwarudin, Rakyat Penyelamat Lingkungan (Rapel Cirebon)

9. Pengurus Cabang PMII Cirebon

10. Dr. Iwan Kurniawan, Doktor Fisika Nuklir Eksperimen

11. Dr-Ing. Nengah Sudja, Mantan Sekretaris Komisi Persiapan Pembangunan PLTN

12. Dr. A. Sonny Keraf (Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup)

13. Alvin Lie, Msc (Mantan Anggota Komisi VII, DPR RI)

14. Dr. Lilo Sunaryo, Masyarakat Rekso Bumi

15.Walhi Kalimantan Barat

16. Walhi Jawa Tengah

17. Aliansi Masyarakat Madura Pemerhati Nuklir (AM2PN)

18. Setyawan Sumedi, Persatuan Masyarakat Balong (PMB)

19. Lutfie Rahman, Jaringan Lestari Alam Muria (JALAMURA).

21. Hindun Anisah, Lembaga Bantuan Hukum (LBHNU) JEPARA.

22. Zakaria Anshori, Garda Muria.

23. Dst

sumber : Greenpeace.org

GREENPEACE DESAK SBY PILIH MENTERI 'PELINDUNG HUTAN' BUKAN 'PERUSAK HUTAN'

Tuesday 29 March 2011

Organisasi internasional lingkungan hidup Greenpeace mendesak presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono agar memulai langkah nyata untuk mengatasi pembabatan hutan besar-besaran oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam perusakan hutan.

“Presiden Yudhoyono harus memulai masa pemerintahan keduanya dengan memilih menteri-menteri yang mampu mengubah peran pemerintah dari ‘perusak hutan’ menjadi ‘pelindung hutan’. SBY punya kesempatan bersejarah untuk memimpin upaya global mengatasi dampak terburuk perubahan iklim pada Negosiasi Iklim PBB di Kopenhagen Desember mendatang. Juga dengan mendeklarasikan moratorium (penghentian sementara) penebangan hutan dan pembukaan lahan gambut, membangun pemerintahan pro-hutan, dan menindak para penjahat hutan seperti Sinar Mas,” kata juru kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Bustar Maitar, di Jakarta, Rabu (12/08).

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima redaksi, akhir pekan lalu, Greenpeace, WALHI Kalimantan Barat dan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), melakukan aksi tanpa kekerasan menentang perusakan oleh hutan Perusahaan Kelapa Sawit dan Hutan Industri raksasa Sinar Mas, di konsesi kelapa sawit di sekitar Taman Nasional Danau Sentarum Kalimantan Barat.

Kelompok Sinar Mas memang mendapat konsesi lahan disekitar kawasan lahan basah danau Sentarum, padahal kawasan ini adalah salah satu lahan basah terbesar di dunia, sumber dari sungai terpanjang dan terbesar Indonesia Kapuas Hulu, serta sumber protein utama bagi 4,5 juta penduduk Kalimantan Barat.

Dalam aksi tersebut Sepuluh aktivis membentangkan banner berukuran 30x6 bertuliskan “Sinar Mas Penjahat Hutan-Iklim” di tembok hutan tersisa di wilayah konsesi Sinar Mas.

Kemudian para aktivis berusaha menghentikan kegiatan pembabatan hutan dengan merantai diri pada eskavator. Ini juga mengingatkan kembali kepada pernyataan Managing Director Sinar Mas Group Gandi Sulistiyanto, kepada Reuters saat aksi Greenpeace di kantor Sinar Mas Jakarta beberapa waktu lalu. “Kami harus ditangkap jika terlibat dalam deforestasi.” Berlawanan dengan retorika ‘hijau’ ini, Sinar Mas telah mempunyai rencana ekspansi agresif di Kalimantan dan Papua untuk kelapa sawit dan Sumatra untuk hutan tanaman industri melalui anak perusahaan mereka, Asia Pulp & Paper (APP).

Hingga detik ini, kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap masih terjadi, bahkan selalu terjadi setiap tahun di hutan Kalimantan dan Sumatera. Menurut laporan Greenpeace, adanya aksi pembukaan lahan yang mayoritas dilakukan oleh perusahan-perusahan pemilik konsesi untuk membuka lahan kelapa sawit dan hutan industri berperan besar dalam memunculkan titik-titik api. Di Provinsi Riau saja pada Juli tercatat ada 2.800 titik api dan diperkirakan makin banyak mengingat kini memasuki musim kemarau.

Selain melakukan aksi menentang deforestasi oleh perusahan Sinar Mas, sejak Agustus bersama warga setempat, aktivis Greepeace juga berupaya membantu memadamkan kebakaran hutan di Provinsi Riau.

Sungai Utik, Pelindung Hutan Hujan Tropis di Kalimantan Barat

Suku Dayak Iban Kampung Sungai Utik, Benteng Pelindung Hutan Hujan Tropis di Kalimantan Barat Kearifan Tradisional Suku Dayak Membentengi Hutan dari Perambahan dan Penebangan Liar.

Menjadi menarik, di tengah maraknya eksploitasi dan konversi hutan menjadi pertambangan dan perkebunan ketika ada sebuah komunitas adat, Suku Dayak Iban Sungai Utik, yang masih memegang teguh aturan adatnya dan menolak tawaran investor untuk mengeksploitasi hutan adatnya. Hingga kini hutan mereka masih terawat baik. Penolakan untuk mengambil kayu secara besar-besaran ini didasarkan pada keyakinan bahwa adat telah mengatur bagaimana memanfaatkan kayu di hutan. Pengambilan kayu dalam jumlah masif bertentang dengan hukum adat di Sungai Utik. Ketaatan pada adat dan norma sosial komunitas Dayak Iban Sungai Utik yang menempati kawasan hutan seluas 9.452,5 ha di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat ini tidak terlepas dari peran Rumah Panjang sebagai identitas dan pengikat solidaritas warga.

Rumah Panjang besar sekali peranannya dalam mengontrol akses dan kepemilikan lahan baik antar warga, maupun antar desa. Saat ini, dibawah pimpinan kolektif dari Tuai Adat, Kepala Kampung dan Temenggung serta dibantu para hulubalangnya, semua masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dapat ditangani dan diselesaikan di tingkat pertemuan Rumah Panjang. “Sebenarnya masyarakat adat mulai dari nenek moyang tertib menjaga hutan, sudah ada aturannya dalam adat. Masyarakat mengharapkan hutan utuh dan normal tempat mengambil kebutuhan sehari-hari. Sayur dan ikan selalu ada dan tersedia. Masyarakat memiliki batas-batas daerah sesuai kesepakatan. Tutupan (hutan) menuju ke Taman Nasional juga diberi tanda ,” demikian penjelasan Pak Janggut tentang penggunaan aturan adat Suku Dayak Iban. Pak Janggut sehari-harinya adalah Tuai Adat Suku Dayak Iban di Sungai Utik.

Kondisi ideal ini tidak dimiliki kampung-kampung lain di sekitar Sungai Utik yang ‘tidak beruntung’ dalam membangun pranata Rumah Panjang mereka. Kebijakan “rumah sehat” dari pemerintah diberlakukan dan wilayah hutan sudah dikapling menjadi HPH sehingga membangun rumah panjang menjadi mustahil. Sekalipun beberapa mempunyai rumah panjang tetapi terlalu kecil untuk menampung semua warga. Akibatnya mereka menjadi komunitas Iban yang tercerai berai dalam satuan rumah keluarga inti. Dari studi yang dilakukan oleh Lembaga Ekolabel pada tahun 2005, tawaran investor kayu dari Malaysia, yang sangat memahami masyarakat Iban di Serawak, sulit ditolak kampung-kampung di luar komunitas Dayak Iban Sungai Utik. Selain keuntungan dari usaha menebang dan mengolah kayu, kepada mereka juga dijanjikan untuk dibuatkan rumah panjang apabila mau melepas hutan adat untuk diambil kayunya.

Dalam konteks persaingan dengan kampung lain, identitas kampung yang diperkuat oleh rumah adat menjadi penting. Karena itulah, orang Dayak Iban Sungai Utik membanggakan keaslian dan ketuaan rumah panjangnya; sementara kampung lain yang tidak memiliki rumah panjang, juga menyimpan harapan untuk suatu saat memilikinya dalam bentuk yang bisa dibanggakan. Usaha kayu menjadi harapan yang paling masuk akal, apalagi tambahan fasilitas berupa listrik dan jalan beraspal juga dijanjikan oleh investor. Ketika usaha kayu berjaya, kampung-kampung lain dapat memamerkan diri pada orang Sungai Utik bahwa mereka juga sudah mempunyai rumah panjang lengkap dengan listrik dan jalan aspal yang belum dimiliki Sungai Utik. Namun, kerusakan lingkungan seperti sungai yang berlumpur adalah harga yang harus ditebus oleh kampung lain itu. Dalam hal ini Pak Janggut pun berujar, ”Alam dan sungai adalah nafas manusia, kalau tidak dilindungi akan beresiko terhadap masyarakat. Air adalah darah, tanah adalah asal dan tempat kembali manusia.” Pak Janggut mengkhawatirkan soal perambahan hutan untuk perkebunan dan hutan tanaman yang kini marak. Hal ini disebabkan letak Kampung Suku Dayak Iban Sungai Utik yang berada di lintasan strategis dekat dengan perbatasan Serawak, Malaysia.

Kampung Sungai Utik terletak di Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat, bersama-sama dengan 2 kampung lainnya, yaitu Kampung Mungguk dan Kampung Lauk Rugun. Kecamatan Embaloh Hulu berbatasan dengan Serawak di bagian Utara dan Barat, Kecamatan Putussibau di bagian timur, dan Kecamatan Batang Lupar di bagian selatan. Sedangkan Kabupaten Kapuas Hulu berbatasan dengan Serawak (Malaysia) di bagian Utara, Provinsi Kalimantan Timur di bagian Timur, Kabupaten Sintang di bagian Selatan dan Barat. Selain itu kawasan hutan Sungai Utik kaya akan beragam jenis pepohonan dan satwaliar. Bermacam jenis meranti, kapur, ladan, gerunggang (bahan pembuat sirap atap), kempas, jelutung, dan beragam jenis rotan dan damar.

Suku Dayak memanfaatkannya untuk bahan bangunan, bahan pembuat sampan, tikar, dan kayu bakar. Jenis-jenis kayu di kawasan hutan Sungai Utik merupakan jenis komersial yang laku dijual. Kawasan hutan di Sungai Utik masih banyak dihuni oleh jenis-jenis rusa, kijang, babi hutan, kura-kura, labi-labi, macan dahan, beruang, dan ular, termasuk beragam jenis burung dan ikan. “Masalah yang paling berat adalah menjaga agar hutan tidak hilang akibat perubahan lahan untuk HTI dan perkebunan kelapa sawit”, demikian tutur Pak Janggut ketika LEI menanyakan permasalahan yang dihadapi oleh komunitas Sungai Utik berkaitan dengan keberlanjutannya. Karena itu upaya-upaya untuk menjaga keberlanjutan komunitas Dayak Iban Sungai Utik terus dilanjutkan dengan proses sertifikasi ekolabel LEI, dan lulus penilaian sertifikasi pengelolaan hutan lestari oleh PT. Mutuagung Lestari pada bulan Mei 2008.

“Masyarakat ingin pengakuan yang tertulis supaya didengar oleh orang luar, ada dokumen-dokumennya. Sertifikasi merupakan titik penting yang bermanfaat bagi masyarakat. Sertifikasi Sui Utik diharapkan bisa menjadi contoh bagi daerah lain. Masyarakat harus bisa mengikuti arus perubahan dunia. Budaya bisa dipakai secara adil.” Bagi komunitas Dayak Iban Sungai Utik, sertifikasi digunakan untuk menyelamatkan hutan, alam dan jiwa. Ibarat mantri (dokter), sertifikasi dapat menjadi obat.

Setelah mendapatkan sertifikasi komunitas Dayak Iban Sungai Utik tidak lantas mengeksploitasi hutannya untuk menambah tingkat perekonomiannya. Mereka bersepakat menggunakan perencanaan pemanenan. “Ada kesepakatan untuk memperbolehkan menebang tapi ada perencanaan, berapa yang boleh diambil, kayu seperti apa yang boleh diambil. Kami juga mengumpulkan masyarakat, agar tidak bekerja mengambil kayu sebagai pencaharian utama, tetapi mengusahakan kebun karet, coklat, dan tebu,” jelas Pak Janggut.

Terpeliharanya kearifan tradisional berupa hukum adat yang menyertai keberadaan rumah panjang, ditambahi dengan sertifikasi ekolabel LEI yang mereka peroleh melalui proses pendampingan bertahun-tahun oleh para pendamping, memancangkan sebuah kepastian dari orang Sungai Utik : mereka tidak akan tergoda oleh investor yang menawar hutan mereka.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi: Indra S. Dewi, Lembaga Ekolabel Indonesia, lei@indo.net.id, ph: +62-251-340744 dan 08128161339.

Tentang Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) LEI adalah organisasi berbasiskan konstituen yang mempunyai misi untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari di Indonesia. Sistem Sertifikasi LEI ditujukan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang adil dan lestari di Indonesia. Saat ini lebih dari 1 juta ha hutan di Indonesia telah mendapatkan sertifikat hutan lestari dari LEI.

Tanaman Yang Dapat Mencegah "Global Warning"

Monday 28 March 2011

Bungur & Mahoni

Dikenal mampu menyerap polutan seperti timbal. Maka kedua pohon ini sebaiknya ditanam untuk penghijauan di kota-kota besar, dekat jalan protokol yang padat lalu lintasnya. Bukan rahasia lagi kalau kendaraan bermotor menjadi penyumbang timbal terbesar di udara Sebaliknya, pohon seperti akasia sebaiknya jangan dijadikan pohon jalur hijau. Mengapa? karena akasia menjadi salah satu pencetus asma. Begitu juga pohon palem yang indah bentuknya, tak begitu besar manfaatnya.



Lumut

Lumut yang menempel di batang pohon mampu mendeteksi tingkat polusi udara suatu daerah. Semakin banyak lumut menempel di sebuah pohon berarti semakin baik kualitas udara di tempat itu.



Tanaman Sirih Belanda

Tanaman perdu yang bisa tumbuh dimana saja, termasuk di dalam pot di halaman rumah ini mampu menyerap formaldehida dan benzena. Hasilnya rumah pun lebih segar dan lega untuk bernafas.


Kembang Sepatu

Mampu menyerap nitrogen sehingga membuat paru-paru kita jadi lega. Namun jangan sekali-sekali menanam bunga kembang sepatu di dekat ruang Radiografi. Tanaman ini berfungsi meneruskan radiasi sehingga berbahaya bagi orang di sekitar tempat radiografi tersebut.


Sansevieria
Kalau kembang sepatu berfungsi melanjutkan radiasi, tidak demikian dengan tanaman sansevieria ini. Sansevieria mampu menyerap 107 jenis racun, termasuk polusi udara, asap rokok (nikotin), hingga radisi nuklir, sehingga cocok dijadikan penyegar. Oya, kaktus juga bisa menghambat radiasi.



Pohon Trembesi

Mampu menyerap karbondioksida dalam jumlah yang besar, sehingga sangat disarankan untuk ditanam sebagai pohon penghijauan. Namun trembesi membutuhkan lahan yang cukup luas.

Greenpeace Indonesia

Sunday 27 March 2011

Green Peace Indonesia


Greenpeace memiliki landasan prinsip dan nilai-nilai dasar yang tercermin dalam setiap aksi kampanye lingkungan kami, di seluruh dunia. Prinsip tersebut adalah: * Menjadi 'saksi atas kerusakan lingkungan dengan cara yang damai tanpa kekerasan; * Menggunakan konfrontasi tanpa-kekerasan untuk meningkatkan perhatian dan debat publik mengenai isu lingkungan; * Dalam mengekspos ancaman terhadap lingkungan dan mencari solusi, kami tidak memiliki sekutu permanen ataupun lawan. * Menjamin independensi sumber keuangan dari kepentingan politik atau komersial; * Mencari solusi untuk mempromosikan secara luas dan menginformasikan perkembangan dari pilihan untuk lingkungan di sekitar masyarakat. Dalam mengembangkan strategi kampanye dan kebijakan, kami menaruh perhatian besar untuk mencerminkan dasar kita untuk menghormati prinsip-prinsip demokratis dan untuk mencari solusi dalam meningkatkan keadilan sosial secara global. Bergabunglah bersama Kami. Bumi butuh sentuhan anda. Silahkan baca petunjuknya Di web resmi Green Peace. regard, Dian setya wardana Donatur green Peace ( Admin Forum cyber.Nstars.org )

Thank's 4 Visit Kawan

ShoutMix chat widget

gunjhie_land@yahoo.com
Powered by Blogger.

Popular Posts

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...